Selasa, 01 Mei 2012

Tradisi-tradisi Kekristenan Perdana yang tercermin dalam Surat-surat Paulus


Tradisi-tradisi Kekristenan Perdana
 yang tercermin dalam Surat-surat Paulus
Paulus yang dalam bahasa Yunani adalah “Paolos” = Si Kecil (3 SM– 67 SM) merupakan seorang Yahudi yang lahir di Tarsus ( Turki ) di tanah Kilikia yang merupakan sebuah pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan Yunani. Pada hari ke-8 setelah kelahirannya ia disunat dan diberi nama Ibrani yaitu Saul atau Saulus yang diambil dari nama raja Israel yang pertama. Ia berasal dari sebuah keluarga Yahudi Hellenis diaspora dari suku Benyamin[1] kaya yang berbahasa Aram, namun sejak kecil ia belajar bahasa Yunani yang merupakan bahasa pergaulan di Tarsus. Paulus mendapatkan kewarganegaraan Romawi dari ayahnya yang kemungkinan besar adalah seorang pejabat Romawi. Secara fisik penampilan Paulus tidak meyakinkan karena badannya kecil, rambutnya tipis halus, kakinya bengkok, badannya tegap, alisnya bertemu, dan hidungnya sedikit bungkuk[2].
Paulus diperkirakan datang ke Yerusalem sekitar umur 15 tahun dan menjadi penganiaya orang Kristen dan pengikut seorang yang giat dari golongan kaum Farisi. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai ajaran mazhab Farisi. Sebagai seorang Ibrani asli dan pengikut aliran Farisi yang keras, hal ini tidak hanya memberi dampak yang mendalam atasnya, tapi juga memberi kebanggaan yang besar karena ia pengajaran dari Gamaliel tersebut menyebabkannya berkembang lebih maju daripada kebanyakan temannya pada zaman itu dalam hal pengetahuan tentang agama Yahudi. Paulus menyatakan bahwa agama Yahudi pada hakekatnya adalah agama legalistis (berdasarkan perbuatan) dalam pendekatannya. Namun agama Yahudi adalah pencarian tentang pembenaran dan tidak ada sistem keagamaan yang akan pernah dapat memuaskan jiwa Paulus karena tidak menawarkan alat-alat yang cocok untuk mendapatkan kebenaran itu. Suatu corak lain dari pendekatan keagamaan Paulus adalah besarnya pengaruh Perjanjian Lama atas dia. Sekalipun dalam banyak hal ia memakai naskah Septuaginta (LXX), namun pada hakekatnya caranya menggunakan Kitab-kitab Perjanjian Lama adalah cara Yahudi. Dalam hal ini bertentangan dengan Filo dari Alexandria, yang menafsirkan sejarah Alkitab secara alegoris. Tapi Paulus melihat pernyataan Allah pada perbuatan-perbuatan-Nya dalam sejarah.
Paulus mati martir karena kepalanya dipancung oleh Kaiser Nero pada tahun 67 SM di Roma. Pada saat itu Paulus tidak mungkin bisa disalib seperti Tuhan Yesus ataupun Petrus karena ia adalah warga Romawi. Kuburan Paulus baru diketemukan di Vatikan pada tahun 2006 dengan tulisan kuno “Paulo Apostolo Mart“ = Martir Rasul Paulus. Semasa hidupnya, Paulus mempelajari Hukum Agama Yahudi (Halakha) di perguruan Beith Hillel. Paulus termasuk orang yang sangat fanatik terhadap agamanya. Hal inilah yang membuat Paulus pada awalnya membenci umat Yahudi yang pindah kepercayaannya menjadi Kristen. Jadi status Paulus pada saat tersebut tidak jauh bedanya seperti pemimpin FPI (Front Pembela Islam) yang melakukan sweeping terhadap umat Nasrani. Paulus tidak ragu-ragu untuk membinasakannya (Gal 1:13). Bahkan untuk melakukan ini ia telah mendapatkan surat kuasa khusus dari Imam Besar maupun Majelis-majelis Tua. Paulus juga yang mengawasi eksekusi hukuman mati melalui hukuman razam terhadap Stefanus. Tepatnya pada tgl 25 Januari 36 SM dalam perjalanannya melakukan sweeping ke Damsyik, Tuhan Yesus menampakan diri-Nya dalam cahaya yang menyilaukan sambil bersabda: “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku ?” cahaya tersebut membuat Paulus menjadi buta, tetapi akhirnya disembuhkan oleh Ananias. Melalui penampakan itu pula akhirnya Paulus jadi pengikut Tuhan Yesus.
            Perjalanan Paulus yang pertama adalah ke Arab dan kembali lagi ke Damsyik (Galatia 1:17). Misionaris pertama yang dilakukan oleh Paulus di Anthiokia, ia mendapatkan tugas pertamanya dari Roh Kudus (Kis 13:1-2). Paulus berani memberikan khotbah mengenai ajaran Kristen di Sinagoge Herodes atau Rumah Ibadat umat Yahudi terbesar di Yerusalem yang akhirnya membuat dia dikejar bahkan mau dibunuh oleh para penganut agama Yahudi setempat sehingga terpaksa ia harus minggat kembali ke Tarsus tempat kota kelahirannya untuk mengucilkan diri di sana selama sepuluh tahun. Ajaran Paulus telah mempengaruhi banyak sekali orang termasuk para tokoh agama Kristen mulai dari Santo Agustinus, Martin Luther, Karl Bath dan juga para filsuf terkenal seperti Sóren Kierkegaard maupun Karl Jaspers. Seorang tokoh agama Kristen, Friedrich Nietzsche menilai bahwa ajaran Kristen itu sebenarnya berasal dari Rasul Paulus. Apakah yang menjadi kelebihan maupun beda ajaran Paulus dibandingkan dengan ajaran dari rasul-rasul lainnya ? Apakah mungkin karena ajarannya sudah dicampur dengan silsafah Yunani ? Sebagai jemaat Allah  yang ada saat ini, kita perlu belajar dari tradisi-tradisi umat yang ada pada jemaat Kristen perdana agar kita mengenal  apa yang melatar belakangi mengapa mereka memegang tradisi seperti itu, dan apa sebenarnya yang menjadi tujuan dari adanya tradisi mereka. Dalam paper ini, penulis dengan segala keterbatasan yang ada, mencoba membahas tradisi Kekristenan yang tercermin dari  surat-surat  yang ditulis oleh  tangan Paulus sendiri.

Surat-surat Paulus
            Paulus membuat usaha yang luar biasa melalui surat-suratnya kepada komunitas non-Yahudi untuk menunjukkan bahwa keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus adalah untuk semua orang, bukan hanya orang Yahudi. Gagasan Paulus ini menimbulkan pertikaian antara dirinya dengan murid-murid Yesus, terutama Petrus dan Yakobus, yang percaya bahwa untuk menjadi pengikut Yesus, orang-orang yang bukan Yahudi harus menjadi Yahudi dulu ( Gal. 2:11-14). Untuk menyelesaikan konflik ini, diadakanlah persidangan di Yerusalem (Kis. 15), yang disebut sebagai Sidang Sinode atau Konsili Gereja yang pertama.
Konsili ini menghasilkan beberapa keputusan penting, misalnya:
  1. untuk menikmati karya penyelamatan Yesus, orang tidak harus menjadi Yahudi terlebih dahulu.
  2. orang-orang Kristen yang bukan berasal dari latar belakang Yahudi tidak diwajibkan mengikuti tradisi dan pantangan Yahudi (mis. hal-perihal tentang sunat dan memakan makanan yang diharamkan).
  3. Paulus mendapat mandat untuk memberitakan Injil ke daerah-daerah berbahasa Yunani.
            Paulus dijadikan seorang Santo (orang suci) oleh seluruh gereja yang menghargai santo, termasuk Katolik Roma, Ortodoks Timur, dan Anglikan, dan beberapa denominasi Lutheran. Paulus  berbuat banyak untuk kemajuan Kristen di antara para orang-orang bukan Yahudi, dan dianggap sebagai salah satu sumber utama dari doktrin awal Gereja, dan merupakan pendiri kekristenan Paulin (kekristenan bercorak Paulus). Tidak dapat dipungkiri bahwa pemikiran Paulus  memberi banyak pengaruh dalam kekristenan. Sekalipun dalam kenyataannya, pengaruh komunitas Hellenistik atas dirinya juga tidak dapat diabaikan. Diakui pula bahwa diberbagai tempat dalam surat-suratnya, Paulus menggunakan rumusan-rumusan tradisi yang telah ada sebagai titik tolak pemikiran teologisnya[3] . Surat-surat Paulus bukan hanya menjadi alat komunikasi antara dirinya dengan komunitas-komunitas Kristen perdana, melainkan juga sebagai uraian teologisnya. Surat-suratnya menjadi bagian penting Perjanjian Baru. Banyak yang berpendapat bahwa Paulus memainkan peranan penting dalam mendirikan agama Kristen sebagai agama yang berbeda, dan bukan sebagai sekte dari Yudaisme.
            Setiap kehidupan memiliki tradisi masing-masing yang bermanfaat dan tidak bisa lepas dari kehidupan umat manusia. Dalam surat-surat Paulus kepada jemaat yang ada di Roma, Korintus (yang pertama dan kedua), Galatia, Filipi, dan Filemon  tercermin tradisi kehidupan jemaat mula-mula. Beberapa surat lainnya seringkali dipercayai berasal dari Paulus juga, seperti  1 dan 2 Timotius dan Surat Titus. Dari ketiga-belas surat-surat Paulus yang tercantum dalam Alkitab hanya tujuh yang bisa dipastikan adalah hasil karyanya sendiri, sedangkan enam sisanya dibantu oleh sekretaris-sekretarisnya. Semua surat-suratnya ditulis dalam bahasa Koine Yunani. Surat-surat Paulus disebar luaskan oleh Onesimus yang merupakan pengagum Paulus sekitar tahun 90 yang kemudian menjadi uskup di Efesus. Tujuan dari penulisan surat-surat Rasul Paulus tidak semuanya bermotif untuk menyelesaikan permasalahan Gereja, karena ada juga masalah yang bukan baru saat itu timbul tapi yang sudah berakar lama dalam masyarakat pada kota tersebut. Karena itu, surat-surat Rasul Paulus tidak semua berisi teguran, tetapi juga wejangan, penegasan akan doktrin dan pengajaran moral, ataupun pesan-pesan apostolik lainnya. Hal ini dilakukannya karena Rasul Paulus mengetahui panggilan khususnya sebagai rasul yang diutus kepada umat Non-Yahudi, sehingga ia melakukan perjalanan keliling ke kawasan Mediteranian dan sekitarnya sebanyak 3 kali untuk melaksanakan misinya itu.
a.         Perjalanan Pertama
Kisah perjalanan Paulus yang pertama ini terdapat dalam Kis 13,4-14,28 (tahun 45-48). Rute yang dijalani Paulus:
Antiokhia (Siria) – Seleukia – Salamis – Pafos – Perga – Antiokhia di Pisidia – Ikonium – Listra – Derbe – Listra – Ikonium – Antiokhia di Pisidia – Perga – Antiokhia Siria.
b.         Perjalanan Kedua
Perjalanan kedua ini meliputi Kis 15,36- 18,23 (sekitar tahun 48-50) dengan rute sebagai berikut:
Antiokhia – Siria – Kilikia – Derbe – Listra – Frigia – Misia – Troas – Samotrake – Neapolis – Filipi – Amfipolis – Apolonia – Tesalonika – Berea – Atena – Kaisarea – Yerusalem – Antiokhia.
 c.         Perjalanan Ketiga
Perjalanan ketiga ini meliputi Kis 18,23-21,17 (dilaksanakan sekitar tahun 52-58) dengan rute sebagai berikut:
Antiokhia – Frigia – Efesus (3 tahun) – Makedonia – Filipi – Troas – Asos – Metilene – Samos – Miletus – Knidus – Rhodos – Patara – Mitra – Tirus – Ptolomais - Kaisarea

d.         Perjalanan ke Roma
Kisah perjalanan Paulus ke Roma bisa dibaca dalam Kis 21,15-28,31. Tampaknya perjalanan Paulus yang terakhir ini terjadi sekitar tahun 60 M.
Antipatris – Kaisarea – Sidon – Mira – Kreta – Malta – Sirakusa – Regium – Putioli - Roma
·         Surat Paulus Kepada Jemaat di Tesalonika
Surat Rasul Paulus kepada jemaat Tesalonika I dan II ditulis pada waktu Rasul Paulus berada di Korintus, pada sekitar tahun 52. Surat ini dikenal sebagai surat Rasul Paulus yang pertama. Pesan utama Surat Rasul Paulus kepada Gereja di Tesalonika yang pertama adalah:
1. Pengajaran kehidupan Kristiani (4:1-12)
2. Pengajaran tentang akhir jaman (4: 13-18)
3. Anjuran untuk berjaga-jaga menjelang kedatangan Kristus yang kedua (5: 1-11)
4. Kehidupan dalam komunitas Kristen (5:12-22)
Surat Paulus yang kedua kepada jemaatTesalonika dituliskan karena ada kesalahpahaman yang mengartikan bahwa kedatangan Yesus yang kedua sudah sangat dekat, sehingga ada umat yang tidak mau bekerja karena mereka hanya menunggu hari kiamat saja, maka Rasul Paulus menuliskan:
1. penjelasan lebih lanjut mengenai Penghakiman Terakhir (1: 5-12)
2. Penjelasan kembali tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali dan pengajaran untuk menyambut hari itu (2:1-17)
3. Nasihat untuk berdoa dan tetap bekerja (3: 1-13).
·    Surat Rasul Paulus Kepada Jemaat di Galatia
   Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia kemungkinan ditulis pada sekitar tahun 54-55 SM dan dikenal sebagai surat utama para rasul yang ditujukan pada umat non-Yahudi. Pada surat ini dituliskan bahwa umat Non-Yahudi tidak mempunyai kewajiban untuk memenuhi hukum Taurat Yahudi, terutama keharusan untuk disunat. Pada saat itu ada desakan dari umat Kristen Yahudi yang ingin tetap menerapkan hukum sunat pada umat Non-Yahudi yang menjadi pengikut Kristus. Rasul Paulus mengajarkan:
1. Manusia diselamatkan oleh iman, dan bukan karena melakukan hukum Taurat (3:1-4:31)
2. Kebebasan Kristiani yang diperoleh dalam Kristus yang memimpin pada hidup menurut Roh dan bukan hidup menurut daging (5: 1-6:10).
·   Surat Paulus Kepada Jemaat di Korintus
Surat kepada jemaat di Korintus yang pertama, dituliskan pada sekitar tahun 57. Surat ini ditujukan untuk memberi pengajaran kepada umat di Korintus yang pada saat itu mengalami:
1. masalah perpecahan (factionalism) (1:10- 4:21)
2. kemerosotan moral (immorality) (5:1-6:8)
3. pengaruh dari penyembahan kaum kafir (influence from pagan worship) (8: 1- 11:1), dan
4. masalah ketidakteraturan dalam ibadat (karena kesombongan rohani/ spiritual pride) (12: 14-40).
Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus yang kedua, dituliskan sekitar tahun 57-58. Surat ini ditujukan untuk menegaskan bahwa ialah Rasul yang otentik.  Maka ia menuliskan:
1. Tanda Rasul Kristus yang otentik (2: 14- 6:10)
2. Penjelasan tentang riwayat hidupnya, yang menyangkut ketaatan, dan kesediaannya merendahkan diri demi Kristus (10:1-12:13)
·         Surat Rasul Paulus Kepada Jemaat di Roma
Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma, dituliskan sekitar tahun 58 SM dengan maksud memberikan pengajaran pada umat, terutama tentang pengajaran teologi keselamatan, karena Rasul Paulus menyadari akan peran kota Roma sebagai pusat dunia pada saat itu dapat juga menjadi pusat penyebaran Injil. Ia menuliskan suratnya untuk mempersiapkan kunjungannya ke kota Roma dalam perjalanannya ke Spanyol. Pada saat itu tak banyak kaum Kristen Yahudi di Roma, maka isu hukum Taurat tidak banyak dikemukakan di surat ini. Masalah yang mungkin khas Roma adalah masalah makan makanan haram dan masalah puasa. Rasul Paulus mengajarkan:
1. Manusia dibenarkan karena iman yang tak terlepas dari kasih (1:17-4:25)
2. Pengharapan Kristiani (5:1-11:36).
3. Kehidupan Kristiani dan pelayanan kasih: yang kuat imannya memberi contoh pada yang lemah imannya (12:1- 15:33)

·         Surat Rasul Paulus Kepada Jemaat di Filipi
Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi ditulis pada saat Rasul Paulus pertama kali di penjara di Roma sekitar tahun 61-63. Waktu dipenjara ia dikunjungi oleh Epafroditus, salah seorang umat Filipi. Saat mengunjungi Rasul Paulus, Epafroditus sakit dan hampir mati, namun akhirnya ia sembuh. Rasul Paulus mengirimnya kembali dengan surat dan ucapan terima kasih atas kebaikan umat Filipi. Surat kepada Gereja di Filipi, tema utamanya adalah suka cita Kristiani. Maka di sini ditekankan beberapa pengajaran:
1. Teladan apostolik (1:1-14)
2. Wejangan untuk menjaga persatuan, kerendahan hati, dan ketaatan (2: 1-18)
3. Ditekankan bahwa Yesuslah tujuan kita umat beriman (3:1-21)
4. Damai dan suka cita sebagai ciri-ciri kehidupan Kristiani (4: 1-19)
·         Surat Rasul Paulus Kepada Jemaat di Kolose
Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose, juga dituliskan sekitar tahun 61-63. Surat ini ditujukan untuk mengingatkan umat atas pengaruh ajaran sesat pre-Gnostik, dan ajaran filosofi yang keliru yang menyebutkan bahwa dunia diatur oleh kekuatan-kekuatan spiritual dalam kaitannya dengan kosmologi. Untuk itu Rasul Paulus menegaskan:
1. Keutamaan Kristus yang mengatasi segala kuasa (1:15-20)
2. Misteri Gereja yang dinyatakan dengan kepenuhan hidup di dalam Kristus (1:24: 2:8)
3. Agar umat waspada terhadap ajaran sesat (2:8-4:6)
·         Surat Rasul Paulus Kepada Jemaat di Efesus
Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus, dituliskan pada saat Rasul Paulus dipenjara di Roma  (sekitar musim semi thn 63). Maksudnya adalah untuk mengajar umat di Efesus (dan mungkin juga pada umat di Kolose, Laodicea, Hierapolis yang bergantung pada Gereja Efesus). Kota Efesus terkenal dengan dengan praktek magis dan Okultisme. Rasul Paulus mengajarkan:
1. Rencana keselamatan Tuhan yang dinyatakan melalui Kristus (1:15-3:21)
2. Kehidupan baru dalam Kristus yang ditandai dengan kesetiaan hidup dalam Roh Kudus (4:1-6:22)
·         Surat Rasul Paulus Kepada Jemaat di Ibrani
Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Ibrani kemungkinan dituliskan sekitar tahun 66. Tujuannya adalah untuk mnguatkan semangat umat Kristen Ibrani yang pada saat itu mengalami ‘kelesuan’ iman. Karena itu sepanjang surat ini menunjukkan kaitan antara Perjanjian Lama dengan Injil, dan dimaksudkan untuk menguatkan iman mereka dengan mengarahkan pandangan kepada kemuliaan surga bagi mereka yang setia beriman kepada Tuhan Yesus.
 Beberapa Tradisi Kekristenan Perdana dalam Surat Paulus
            Dalam buku The New Testament An Introduction, Norman Perrin dan Denniss C. Duling, mengungkapkan beberapa tradisi dari Jemaat perdana, diantaranya, yaitu: Pemahaman tentang kematian-kebangkitan Kristus
Hal ini dikenal melalui istilah-istilah teknis dalam tradisi lisan (penerima...diterima), dari pola yang formal dan juga frase-frase yang tidak teratur, seperti: (sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri). Ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci , dan bahwa Ia telah menampakkan diri kepada keduabelas murid-Nya.
Pokok besar terakhir yang dibicarakan Paulus dalam I Korintus 15:3-5 adalah ajaran yang asasi bagi keKristenan. Menyangkal kebangkitan Kristus dari antara orang mati (15:12) berarti meniadakan seluruh makna Injil. Demikianlah Paulus mengulangi kenbali hal-hal yang asasi dari Injil. Ia menunjukkan bagaimana kebenaran kebangkitan Kristus mewujudkan bagian yang pasti dari Injil itu., dan bahwa kebangkitan Kristus mencakup kebangkitan orang Kristen (ayat 12-34). Akhirnya kesukaran-kesukaran tertentu  yang timbul terhadap ajaran itu dipecahkan (ayat 35-58).  Daftar penampakan Tuhan yang sudah bangkit itu adalah pilihan di sana-sini. Hal ini juga  menunjukkan kecenderungan kepada adanya suatu daftar yang diakui dan dipakai secara luas (resmi) terntang penyaksi-penyaksi yang dipilih Allah.[4]

Sebuah Tradisi perjamuan bersama Tuhan dengan pola yang turun-temurun
            Perjamuan merupakan  salah satu sakramen yang dipegang jemaat Kristen sampai masa kini. Perjamuan  merupakan sakramen yang biasanya dilakukan dengan memakai Roti sebagai lambang Tubuh Kristus dan Anggur sebagai lambang Darah Kristus yang diberikan-Nya untuk menebus dosa manusia. Sakramen ini merupakan ritual untuk mengenang peristiwa pengorbanan Kristus, dan juga merupakan ritual terakhir yang dilakukan Yesus bersama murid-murid-Nya sebelum Ia menghadap kematian-Nya.
                        Pada zaman kuno pelaksanaan Perjamuan Kudus dihubungkan dengan perjamuan kasih, meniru Perjamuan Malam Tuhan yang terakhir. Kesempatan untuk bersekutu semacam itu sejak smula disambut baik oleh orang Kristen (Kis. 2: 46). Dalam penilaian Paulus, perkara itu gawat sekali. Paulus lansung membicarakan pokoknya. Ia menyebut penetapan Perjamuan Kudus (1 Kor. 11: 23). Inilah laporan tertua yang kita miliki, dan mencakup beberapa corak yang terdapat di lain tempat; bnd Mat. 26:27-29; Mrk 14: 22-25; Luk. 22: 17-20. Kata telah terima dan teruskan, adalah ungkapan-ungkapan yang sering diterapkan kepada ajaran Kristen yang diberikan secara lisan (bnd Kor.11: 2; 15:3)./ Tapi kata ku  yang ditekankan dan kata dari Tuhan  menunjuk kepada adanya suatu penyataan yang khusus kepada Paulus (Gal. 1:12; 2:2). [5]
                        Upacara yang dilakukan ini menuntut pendekatan dengan hormat. Ikut serta dengan yang tidak layak (ayat 27), artinya tanpa pikir, sembrono (bnd ayat 21 dan 29), berati menyangkal maksud pengorbanan Kristus. Karenanya hal itu berarti mendapat bagian dalam kesalahan mereka yang bertanggung jawab atas penyaliban, bukan mendapat keuntungan-keuntungan korban Kristus karena iman. 
                        Dalam ayat  33 dan 34 diungkapkan tata cara yang seharusnya dilakukan jemaat  Korintus saat mereka berkumpul untuk makan Perjamuan Kudus. Paulus menasihati agar jemaat harus menantikan seorang akan yang lain (bnd ayat 21). Inilah waktu untuk persekutuan. Jika mereka lupa akan maksud yang sebenarnya dari Perjamuan Kudus itu (bukan untuk memuaskan kelaparan) tingkah laku mereka mereka yang salah akan dihukum oleh Allah dan oleh teman-teman mereka.[6]

 Kesimpulan
               Kekristenan zaman sekarang banyak mengikuti tradisi-tradisi yang ada dalam jemaat perdana, yang tercermin dalam surat-surat Paulus. Hal ini terutama dapat kita lihat dari adanya Perjamuan Kudus yang dilakukan oleh seluruh umat Kristiani secara umum yang juga menggunakan Roti sebagai lambang Tubuh Kristus dan Anggur sebagai lambang Darah Kristus untuk mengenang pengorbanan-Nya di atas Kayu Salib menebus dosa manusia. Selain itu, tercermin juga pada pemahaman jemaat Kristen mengenai Kristologi.
             


Daftar Pustaka
Subandrijo,Bambang,  Diktat (bahan kuliah pengantar PB) Paulus dan
         Pelayanannya), 2009.

Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu, (Jakarta :Yayasan   Komunikasi Bina
Kasih/ OMF), 1976.
http://www.katolisitas.org



[1]  Bambang Subandrijo, Diktat (bahan kuliah pengantar PB 18 november2009) Paulus dan Pelayanannya,
   hlm. 1.
[2] Kitab Apokrifa “Acts of Paul and Thecla”.
[3] Bambang Subandrijo, Diktat (bahan kuliah pengantar PB 4 november2009) Paulus dan Pelayanannya,
   hlm. 1.

[4] Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu  (oleh Yayasan Komunikasih Bina Kasih/ OMF : Jakarta 1976), hlm.512-513.

[5] Op cit., Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu,  hlm.502.
[6] Ibid., hlm. 504.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar