Selasa, 01 Mei 2012

Teori Kepribadian (Pengertian dan Aliran-aliran)


Teori Kepribadian (Pengertian dan Aliran-aliran)
Pendahuluan
Tuhan menciptakan manusia berbeda satu dengan lainnya. Tidak ada manusia yang benar-benar sama, baik dalam segi mental maupun fisik. Manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Manusia juga disertai dengan karakter dan kepribadian yang berbeda satu sama lain. Oleh sebab itulah manusia sering disebut sebagai makhluk yang unik. Selain disebut sebagai makhluk yang unik, sebenarnya manusia juga merupakan makhluk sosial, makhluk yang tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain di sekitarnya. Seharusnya dengan kelebihan dan kekurangan yang ada, manusia dapat saling melengkapi satu sama lain. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa dengan adanya perbedaan, maka manusia sering menghadapi konflik dengan sesamanya. Salah satu perbedaan yang menjadi ciri khas manusia itu sendiri adalah dalam hal kepribadiannya.
Manusia harus dapat berusaha mengenal kepribadiannya sendiri dan sesamanya agar dapat saling menghargai perbedaan yang ada sehingga terhindar dari konflik atau masalah. Namun demikian, tentu tidak mudah untuk dapat memahami orang-orang yang yang mempunyai kepribadian yang sangat berbeda dengan kita. Kita harus dapat mengenal dan mengetahui terlebih dahulu definisi dari kepribadian, bentuk teori kepribadian dan aliran-aliran yang termasuk di dalamnya. Melalui paper ini, kelompok akan mencoba untuk membahas hal-hal tersebut.





1.      Definisi Teori Kepribadian
Manusia diciptakan berbeda satu sama lain. Oleh karena itu sering kali dalam kehidupan setiap hari kita menemukan dan melihat orang-orang yang memiliki kepribadian yang berbeda satu sama lain. Ada beberapa orang yang bisa langsung terbuka dengan orang yang baru saja dikenalnya, namun ada juga orang yang sangat tertutup kepada lingkungan di sekitarnya. Ada orang yang perhatian dengan orang lain di sekitarnya, namun ada juga orang yang sangat cuek bahkan tidak peduli dengan orang lain di sekitarnya. Selain itu masih banyak lagi contoh yang dapat membuktikan bahwa manusia memang mempunyai kepribadian yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Sebenarnya apakah definisi dari kata kepribadian itu? Untuk menjawab pertanyaan itu, beberapa pakar kepribadian membuat definisi sendiri sesuai dengan paradigma yang mereka yakini dan dari fokus analisis dari teori yang mereka kembangkan. Berikut adalah beberapa contoh definisi kepribadian[1]:
·         Kepribadian adalah nilai sebagai stimulus sosial, kemampuan menampilkan diri secara mengesankan (Hilgard & Marquis)
·         Kepribadian adalah kehidupan seseorang secara keseluruhan, individual, unik, usaha mencapai tujuan, kemampuannya bertahan dan membuka diri, kemampuan memperoleh pengalaman (Stern)
·         Kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisiologik seorang yang menentukan model penyesuaiannya yang unik dengan lingkungannya (Allport)
·         Kepribadian adalah pola trait-trait yang unik dari seseorang (Guilford)
·         Kepribadian adalah seluruh karakteristik seseorang atau sifat umum banyak orang yang mengakibatkan pola yang menetap dalam merespon suatu situasi (Pervin)
·         Kepribadian adalah seperangkat karakteristik dan kecenderungan yang stabil, yang menentukan keumuman dan perbedaan tingkah laku psikologik (berpikir, merasa, dan gerakan) dari seseorang dalam waktu yang panjang dan tidak dapat dipahami secara sederhana sebagai hasil dari tekanan sosial dan tekanan biologis saat itu (Mandy atau Burt)
·         Kepribadian adalah suatu lembaga yang mengatur organ tubuh, yang sejak lahir sampai mati tidak pernah berhenti terlibat dalam pengubahan kegiatan fungsional (Murray)
·         Kepribadian adalah pola khas dari pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang membedakan orang satu dengan yang lain dan tidak berubah lintas waktu dan situasi (Phares)
 Jadi dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kepribadian adalah suatu pola menyeluruh yang terwujud dalam tingkah laku manusia dan kemampuan serta kebiasaan seseorang , baik secara mental, rohani, emosionil maupun sosial.[2] Jika orang mengadakan orientasi dalam lapangan psikologi kepribadian maka akan nyata didapatkan berbagai macam teori. Teori-teori tersebut dibedakan atas dasar metode yang digunakan, komponen kepribadian yang dijadikan sebagai tolak ukur, serta atas dasar cara pendekatan[3]. Teori-teori tersebut adalah:
1.      Teori atas dasar metode yang digunakan:
·         Teori yang disusun atas pemikiran kualitatif à teori Plato, Kant, dan lain-lain.
·         Teori yang disusun berdasarkan data-data empiris à Teori Freud, Jung, Adler dan lain-lain.
2.      Teori atas dasar komponen kepribadian yang dipakai sebagai titik tolak dalam penyusunan perumusan teoritis:
·         Teori Konstitusional àTeori-teori mashab Italia
·         Teori Temperament à Teori Kant, Meuman, dll.
·         Teori Ketidaksadaran à Teori Freud, Jung, dll.
·         Teori Faktor à Teori Eysenck, Catell, dll.
·         Teori Kebudayaan à Teori Spranger
3.      Teori atas dasar pendekatan:
·         Teori-teori yang mempunyai cara pendekatan Tipologis à Teori Plato, Hipocrates-Galenus, dll.
·         Teori-teori yang mempunyai cara pendekatan Pensifatan àTeori-teori Klages, Allport, Rogers, Freud, dll.
Jadi dapat dikatakan secara ilmiah bahwa teori adalah asumsi yang berkaitan yang memperkenankan para ilmuwan untuk menggunakan alasan logis untuk merumuskan suatu hipotesis yang dapat diuji.[4]
TEORI-TEORI KEPRIBADIAN
1.      Psikoanalisis Klasik (SIGMUD FREUD 1856-1939)
Struktur Kepribadian[5]
Sigmun Freud adalah tokoh pertama yang meneliti tentang kehidupan jiwa manusia yang memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (Conscious), pra sadar (Preconscious), dan tidak sadar (Unconscious). Alam sadar adalah apa yang anda sadari pada saat tertentu, penginderaan langsung, ingatan, persepsi, pemikiran, fantasy, perasaan yang anda miliki. Terkait erat dengan alam sadar ini adalah apa yang dinamakan Freud dengan alam pra sadar, yaitu apa yang kita sebut dengan saat ini dengan ‘kenangan yang sudah tersedia’ (available memory), yaitu segala sesuatu yang dengan mudah dapat di panggil ke alam sadar, kenangan-kenangan yang walaupun tidak anda ingat waktu berpikir, tapi dapat mudah dengan mudah dipanggil lagi. Adapun bagian terbesar adalah alam bawah sadar (Unconscious mind). Bagian ini mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa ke alam bawah sadar, seperti nafsu dan insting kita serta segala sesuatu yang masuk ke situ karena kita tidak mampu menjangkaunya, seperti kenangan atau emosi-emosi yang terkait dengan trauma.


Das Es[6]
Das Es atau dalam bahasa Inggris disebut juga the Id, merupakan aspek biologis dan sistem orisinil di dalam kepribadian. Aspek inilah yang membuat kedua aspek lain ikut tumbuh, yaitu ego dan super-ego. Saat dilahirkan, Id berisi semua aspek psikologis yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drive. Id berada dan beroperasi dalam daerah unconscious, mewakili subyektifitas yang tidak pernah disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan energi psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya. Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu : berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. pleasure principle diproses dengan dua acara, tindak refleks (refllex actions) dan proses primer (primary process). Tindak refleks adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejabkan mata-dipakai untuk menangani kepuasan rangsang sederhana dan biasanya dapat segera dilakukan. Proses primer adalah reaksi membayangkan/ mengkhayal sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan-dipakai untuk menangani stimulus kompleks. Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan.

Das Ich (Jerman) atau dalam bahasa Inggris The Ego.[7]
Aspek ini adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan dengan dunia realitas. Tidak seperti the id, umumnya Ego berada pada keadaan sadar. Ego dimulai dari tahap kelahiran, namun Ego tidak akan nyata lagi pada saat manusia berusia 6 bulan. Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama; pertama, memilih stimulasi mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal. Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan Id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan perkembangan-mencapai-kesempurnaan dari superego, sehingga Ego juga dapat dikatakan sebagai  mediator atau penghubung antara kebutuhan insinktif dan keadaan lingkungan, demi kepentingan adanya organisme.

 Das Ueber Ich(Jerman) atau dalam bahasa Inggris The Superego[8],
Aspek ini lebih mengutamakan kekuatan moral dan etik dari kepribadian. The superego beroperasi memakai prinsip idealistic (idealistic principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan Id dan prinsip realistik dari ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego dia tidak mempunyai energi sendiri. Sama dengan ego, superego beroperasi di tiga daerah kesadaran. Namun berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak dengan dunia luar (sama dengan Id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang dijangkaunya tidak realistik (Id tidak realistik dalam memperjuangkan kenikmatan).
Prinsip idealistik mempunyai dua subprinsip, yakni conscience dan ego-ideal. Superego pada hakekatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai orang tua atau interpretasi orang tua menangani standart sosial, yang diajarkan kepada anak melalui berbagai larangan dan perintah. Apapun tingkah laku yang dilarang, dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua, akan diterima menjadi suara hati (conscience), yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan. Apapun yang disetujui, dihadiahi dan dipuji orang tua akan diterima menjadi standar kesempurnaan atau ego idea, yang berisi apa saja yang seharusnya dilakukan. Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam pikiran. Paling tidak ada 3 fungsi dari superego; (1) mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistic, (2) memerintah impuls Id, terutama impuls seksual dan agresif yang bertentangan dengan standart nilai masyarakat, dan (3) mengejar kesempurnaan.
Selanjutnya Freud juga mengatakan bahwa Ego mempunyai cara-cara tertentu yang disebut sebagai mekanisme pertahanan. Mekanisme pertahanan ini berfungsi utntuk melindungi Ego dari ancaman dorongan primitif yang mendesak terus karena tidak diijinkan muncul oleh superego. Sembilan mekanisme pertahanan tersebut adalah[9] : represi (suatu hal yang menjadi ancaman bagi ego yang ditekan agar tidak menganggu ego lagi), pembentukan reaksi (seseorang yang bereaksi sebaliknya untuk melanggar ketentuan dari superego), proyeksi (sifat semu), penempatan yang keliru(pelampiasan kepada orang ketiga yang tidak bersalah), rasionalisasi (dorongan yang tidak dapat dibenarkan), supresi (menekan sesuatu yang dianggap membahayakan ego ke dalam ketidaksadaran), sublimasi (dorongan yang tidak dibenarkan oleh superego namun tetap dilakukan karena tuntutan masyarakat), kompensasi (usaha untuk menutupi kelemahan dengan membuat prestasi) dan regresi ( individu mundur kembali ke tahapan yang lebih rendah).
Perkembangan Kepribadian[10]
Freud adalah teoritis pertama yang memusatkan perhatiannya kepada kepribadian, dan menekankan pentingnya peran masa bayi dan awal-awal dalam pembetukan karakter seseorang. Freud yakin dasar kepribadian sudah terbentuk pada usia 5 tahun, dan perkembangan kepribadian sesudah usia 5 tahun sebagian besar hanya merupakan elaborasi dari struktur dasar tadi. Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan, yakni tahap infantile (0-5 tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun). Tahap infantile yang paling menentukan dalam pembentukan kepribadian, terbagi dalam tiga fase, yakni fase oral, fase anal, fase falis. Perkembangan kepribadian ditentukan terutama oleh perkembangan seks, yang terkait dengan perkembangan biologis, sehingga tahap ini disebut juga tahap seksual infantile. Perkembangan insting seks berarti perubahan katektis seks, dan perkembangan biologis menyiapkan bagian tubuh untuk dipilih menjadi pusat kepuasan seksual. Pemberian nama fase-fase perkembangan infantile sesuai dengan bagian tubuh-daerah arogan-yang menjadi kateksis seksual pada fase itu. Tahap perkembangan psikoseksual itu adalah[11] :
·         Fase Oral berlangsung dari usia 0 sampai 18 bulan. Titik kenikmatan terletak pada mulut, dimana aktifitas yang paling utama adalah menghisap dan menggigit.
·         Tahap Anal yang berlangsung dari usia 18 bulan sampai 3-4 tahun. Titik kenikmatan di tahap ini adalah anus. Memegang dan melepaskan sesuatu adalah aktivitas yang paling dinikmati.
·         Tahap Phallic berlangsung antara usia 3 sampai 5, 6 atau 7 tahun. Titik kenikmatan di tahap ini adalah alat kelamin, sementara aktivitas paling nikmatnya adalah masturbasi.
·         Tahap Laten berlangsung dari usia 5, 6, atau 7 sampai usia pubertas ( sekitar 12 tahun ). Dalam tahap ini, Freud yakin bahwa rangsangan-rangsangan seksual ditekan sedemikian rupa demi proses belajar
·         Tahap Genital dimulai pada saat usia pubertas, ketika dorongan seksual sangat jelas terlihat pada diri remaja, khususnya yang tertuju pada kenikmatan hubungan seksual. Mastrubasi, seks, oral, homo seksual dan kecenderungan-kecenderungan seksual yang kita anggap biasa saat ini, tidak dianggap Freud sebagai seksualitas yang normal.
2.      Teori Carl Gustav Jung (1875-1961)[12]
Ia dilahirkan pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswil dan meninggal pada tanggal 6 Juni 1961 di Kusnacht, Swiss. Semula Jung dianggap orang kepercayaan oleh Freud, namun tiba-tiba Jung menolak teori Libido yang dikemukakan oleh Freud. Konsepsi analitis Jung lebih menekankan tentang kepribadian yang menunjukkan usahanya untuk menginterprestasikan tingkah laku manusiadari sudut agama, filsafat dan mistik. Teori Jung juga dibedakan pada reori psikoanalisa Freud karena Jung juga lebih menekankan tujuan tingkah laku ( teleology), sedangkan Freud lebih menekankan faktor kausalitas sebagai penentu tingkah laku.
Dalam menerangkan kepribadian, Jung juga menggunakan teori libido, namun ia melihat libido sebgai energi yang mendasari bermacam-macam proses mental sepeti berpikir, merasa, berhasrat, mengindera dan lainnya. Keseluruhan kepribadian menurut Jung terdiri dari tiga sistem yang saling berhubungan yaitu kesadaran, ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif. Pusat dari kesadaran adalah ego yang terdiri dari ingatan, pikiran dan perasaan.
Selain itu, Jung juga mengemukakan teori tipologi kepribadian. Jung berpendapat bahwa pada dasarnya manusia di dunia ini terdiri dari dua aspek, yaitu berdasarkan fungsi dan reaksi terhadap lingkungan. Berdasarkan fungsinya, manusia dapat dibagi menjadi 4 tipe, yaitu:
·         Kepribadian yang rasionil à terdapat pada orang-orang yang memperhitungkan tindakannya dengan akal/rasio.
·         Kepribadian yang intuitif à kepribadian yang sangat dipengaruhi oleh firasat semata
·         Kepribadian emosionil à menilai segala sesuatu hanya berdasar emosi sesaat.
·         Kepribadian yang sensitive à cepat bereaksi terhadap rangsang yang diterima oleh pancaindera.
Selanjutnya, berdasarkan reaksi terhadap lingkungan kepribadian dapat dibagi ke dalam 3 tipe, yaitu:
·         Keribadian yang extrovert à kepribadian yang terbuka terhadap lingkungan luar.
·         Kepribadian yang introvert à kepribadian yang tertutup, lebih banyak berorientasi terhadap diri sendiri.
·         Kepribadian yang ambivert à kepribadian yang bukan merupakan extrovert dan juga bukan introvert.

3.      Psikologi Individual (ALFRED ADLER 1870-1937)[13]

Struktur Kepribadian
Manusia adalah mahluk sosial dan juga mahluk biologis, namun lebih cenderung sebagai mahluk sosial karena sejak ia dilahirkan, ia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologisnya, yaitu makan, minuman, dan lain-lain. Pandangan tersebut mempengaruhi teori kepribadian, salah satunya adalah teori pendekatan sosial “Individual Psychologie” yang didirikan oleh Adler. Adler yang mula-mula berpandangan psikoanalistis seperti Freud akhirnya menanggalkan cara biologistis dan memakai cara pendekatan psikologi sosial. Pandangannya tersebut berawal dari sebuah kertas kerja yang dibuatnya dengan judul “ Organ Inferiority “ yang mengatakan bahwa setiap manusia pada dasarnya mempunyai kelemahan organis. Manusia tidak seperti hewan yang bisa melawan alam dengan menggunakan alat-alat tubuhnya sendiri. Oleh karena itu seorang bayi yang baru lahir terpaksa bergantung pada ibunya. Akan tetapi, kelemahan organis seperti itu ternyata membuat manusia menjadi lebih unggul dari mahluk lain karena mendorong manusia untuk mengadakan kompensasi untuk menutupi kelemahannya tersebut. Mekanisme kompensasi inilah yang mendasari tingkahlaku manusia.
Pengertian-pengertian pokok dalam teori Adler adalah:
1.      Individualitas sebagai pokok persoalan à Adler memberi tekanan kepada pentingnya sifat khas (unik) kepribadian, yaitu individualitas, kebetulan serta sifat-sifat pribadi manusia.
2.      Pandangan teleologis: Finalisme semu à Manusia hidup dengan berbagai macam cita-cita atau pikiran semata yang semu.
Kemudian ia mengemukakan bahwa di dalam diri manusia terdapat dua dorongan pokok yang mendorong serta melatarbelakangi segala tingkah lakunya, yaitu :
1.        Dorongan kemasyarakatan yang mendorong manusia untuk bertindak mengabdi kepada masyarakat. Menurut Adler dorongan untuk berkuasa, memainkan peranan terpenting dalam perkembangan kepribadian
2.      Dorongan keakuan, yang mendorong manusia untuk bertindak mengabdi kepada diri sendiri.
Adler berpendapat bahwa kehidupan manusia dimotivasi oleh atau dorongan utama-dorongan untuk mengatasi perasaan inferior dan menjadi superior. Jadi tingkah laku ditentukan utamanya oleh pandangan mengenai masa depan, tujuan, dan harapan kita. Didorong oleh perasaan inferior, dan ditarik keinginan menjadi superior, maka orang mencoba untuk hidup sesempurna mungkin. Inferiorta berarti perasaan lemah dan tidak terampil dalam menghadapi tugas yang harus diselesaikan. Superiorita, pengertiannya mirip dengan trandensi sebagai awal realisasi diri dari Jung, atau aktualisasi dari Horney dan Maslow. Superiorita bukan lebih baik dibanding orang lain atau mengalahkan orang lain, tetapi berjuang menuju superiorita berarti terus menerus berusaha menjadi lebih baik-menjadi semakin dekat dengan tujuan final.
Adler memilih psikologi individu (individual psychology) dengan harapan dapat menekankan keyakinannya bahwa setiap manusia itu unik dan tidak dapat dipecah-pecahkan. Psikologi individual menekankan pentingnya unitas kepribadian. Pikiran, perasaan, dan kegiatan semuanya diarahkan pada satu tujuan. Selanjutnya, Adler menganggap kepekaan sosial ini bukan sekedar bawaan sejak lahir dan bukan pula diperoleh hanya dengan cara dipelajari, melainkan gabungan keduanya. Kepekaan sosial didasarkan pada sifat-sifat bawaan dan dikembangkan lebih lanjut agar tetap bertahan. Di lain pihak, bagi Adler, tidak ada kesadaran sosial adalah sakit jiwa yang sesungguhnya. Segala bentuk sakit jiwa-neurotik, psikotik, tindak kriminal, narkoba, kenakalan remaja, bunuh diri, kemiskinan, prostitusi, dan lain-lain sebagainya- adalah penyakit-penyakit yang lahir akibat tidak adanya kesadaran sosial. Tujuan orang-orang yang mengidap penyakit ini adalah superioritas personal, keberhasilan dan kemenangan hanya berarti untuk mereka sendiri.
4.      Teori Behaviorisme (Burrhus Frederic Skinner 1904-1990)[14]
Struktur kepribadian
Skinner berpendapat bahwa, penelitian mengenai kepribadian harus dipenuhi dengan beberapa kriteria ilmiah.  Kemudian menurut Skinner, studi mengenai kepribadian itu ditujukan pada penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah organisme dan berbagai konsekuensi yang diperkuatnya.
Selanjutnya, Skinner menguraikan sejumlah tehnik yang digunakan untuk mengontrol perilaku, yaitu :pengekangan fisik ( physical restraints) ,bantuan fisik (physical aids), mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions), manipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions), melakukan respons-respons lain (performing alternative responses), menguatkan diri secara positif (positive self-reinforcement), dan menghukum diri sendiri ( self punishment).
Kemudian berikutnya Skinner membedakan perilaku atas :
·         Perilaku yang alami (innate behavior), atau yang biasa disebut respondent behavior à perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang jelas.
·         Perilaku Operan (operant behavior )à perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak jelas atau tidak diketahui, tetapi semata-mata ditimbulkan organisme itu sendiri.

Dinamika Kepribadian

Kepribadian dan Beajar
Sebenarnya dapat dikatakan bahwa hakikat teori skinner adalah teori belajar, yaitu bagaimana individu menjadi memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu. Cara yang paling efektif untuk mengubah dawn mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan (reinforment), suatu strategi kegiatan yang membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya (berpeluang tidak terjadi) pada masa yang akan datang. Jadi dengan demikian Skinner berpendapat bahwa semua tingkah laku dapat dikontrol.

Tingkah laku Kontrol Diri
Prinsip dasar pendekatan Skinner adalah : Tingkah laku disebabkan dan dipengaruhi oleh variabel eksternal. Tidak ada dalam diri manusia, tidak ada bentuk kegiatan eksternal, yang mempengaruhi tingkah laku. Pengertian kontrol diri ini bukan mengontrol kekuatan di dalam “self”, tetapi bagaimana self mengontrol variabel-variabel luar yang menentukan tingkah laku.
Stimulan Aversif
Stimulasi aversif adalah lawan dari stimulant penguatan, sesuatu yang tidak menyenangkan atau bahkan menyakitkan.

“Perilaku yang diikuti oleh stimulant aversif akan memperkecil kemungkinan   diulanginya perilaku tersebut pada masa-masa selanjutnya.”
Definisi ini sekaligus menggambarkan bentuk pengkondisian yang dikenal dengan hukuman.

Kondisioning Klasik (Classical Conditioning)
Kondisioning klasik, disebut juga kondisioning responden karena tingkah laku dipelajari dengan memanfaatkan hubungan stimulus-respon yang bersifat refleks bawaan.


Kondisioning Operan (Operant Conditioning)
Reinforser tidak diasosiasikan dengan stimulus yang dikondisikan, tetapi diasosiasikan dengan respon karena respon itu sendiri beroperasi memberi reinsforment. Skinner menyebut respon itu sebagai tingkah laku operan (operant behavior).

5.      Teori Pensifatan (Allport)[15]

Menurut Allport, sifat-sifat merupakan predisposisi umum bagi tingkah laku. Selanjutnya, Allport membedakan antara sifat pokok, sifat sentral dan sifat sekunder. 
a)      Sifat pokok (cardinal trait) à Sifat yang sangat menonjol atau dominan sehingga hanya sedikit kegiatan yang dapat dicari dan dilakukan. Sifat ini relatif kurang biasa atau kurang tampak pada setiap orang.
b)      Sifat sentral (central trait)à Sifat yang sangat khas, lebih mudah ditandai.
c)      Sifat sekunder (secondary trait) à Sifat yang berfungsi lebih terbatas, lebih terpusat pada respons yang cocok pada dirinya.
Selanjutnya, Allport juga menyakini bahwa sifat yang berasal dari dalam lebih menentukan perilaku dan tingkah laku manusia pada situasi tertentu. Selain itu Allport juga mengemukakan bahwa kesatuan sifat dan penggabungan perilaku manusia disebabkan oleh orang-orang yang memiliki kesamaan tujuan dalam situasi yang berbeda.

6.      Teori Psikologi Self (Carl Rogers)[16]

Tujuan utama dari Carl Rogers dan teman-temannya adalah untuk menjelaskan dan memahami sifat psikoterapi dan nilai hasil-hasilnya.  Dalam menyimpulkan dalil-dalilnya, Rogers mengatakan bahwa, “Teori ini pada dasarnya bersifat phenomologis terutama berhubungan dengan konsepsi untuk menerangkan. Teori itu menggambarkan titik akhir daripada perkembangan kepribadian yaitu adanya kesamaan pokok antara medan pengalaman phenomenal dan struktur self secara konseptual- suatu situasi yang apabila tercapai, berisikan kebebasan dari ketegangan yang potensial, yang akan menunjukkan adaptasi realistis yang maksimum, yang akan berarti pembentukan sistem nilai-nilai individual yang mempunyai kesamaan dengan sistem nilai-nilai orang lain dan menjadi pribadi yang well-adjusted.”

Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah:
1)      Organism à keseluruhan individu
Organism memiliki sifat-sifat, diantara lain adalah : bereaksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi kebutuhannya, organisme mepunyai satu motif dasar yaitu mengaktualisasikan dan mengembangkan diri, lalu organisme mungkin melambangkan atau bahkan tidak mempedulikan pengalamannya
2)      Medan phenomenal àkeseluruhan pengalaman
Medan phenomenal mempunyai sifat yang disadari maupun yang tidak disadari tergantung dari pengalaman yang mendasari phenomenal tersebut.
3)      Self à bagian medan phenomenal yang terdifferiansikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar.
Self mempunyai bermacam-macam sifat, diantara lain adalah self berkembang dari interaksi organisme dan lingkungannya; self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam bentuk tidak wajar; self mengejar kesatuan/keutuhan, organism, organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self;  pengalaman-pengalaman yang tidak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman; self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan.

Hampir sama seperti Rogers, Abraham Maslow berpendapat bahwa manusia bebas membentuk kehidupan dan motivasi kehidupannya untuk dapat mencapai aktualisasi diri. Menurut Maslow, keberhasilan yang didapatkan seseorang bukan dinilai dari persaingan dengan orang lain, melainkan dari perjuangan untuk menjadi yang terbaik. Pokok-pokok pikiran Maslow adalah hierarki atas kebutuhan (kebutuhan untuk memenuhi potensi seseorang yang berbeda), kebutuhan asas (kebutuhan yang aman ; untuk mendapatkan rasa aman dan selamat dari suatu bahaya) dan kebutuhan psikologi (kebutuhan akan penghargaan ; untuk memperoleh kesuksesan, untuk dapat diterima oleh orang lain).[17] Berbeda dengan Rogers, Abraham Maslow memperoleh teori atas pembangunan kepribadian yang lebih menekankan dari studi tentang kesehatan, daya cipta, dan aktualisasi diri seseorang yang sepenuhnya menggunakan talenta dan kemampuannya.
           




Kesimpulan dan Saran
Manusia merupakan makhluk yang unik karena memiliki ciri khas dan kepribadian yang berbeda-beda satu sama lain. Berdasarkan kepribadian yang berbeda tersebut, maka beberapa pakar/ahli psikologi mencoba untuk mengemukakan definisi dari teori kepribadian melalui pengertian dan aliran-aliran yang terdapat di dalamnya. Mereka sama-sama menerangkan dan menjelaskan teori kepribadian, namun dengan konsep dan cara pandang yang berbeda satu dengan yang lainnya.
                  Melalui teori-teori kepribadian yang dikemukakan oleh para pakar/ahli psikologi , kita belajar berbagai hal tentang kepribadian yang terdapat pada manusia. Selain itu, kita juga dapat belajar untuk lebih menghargai perbedaan yang ada pada diri kita sendiri dan orang lain. Salah satu caranya adalah kita harus dapat mengenal kepribadian kita sendiri terlebih dahulu sebelum kita mencoba untuk mengenal kepribadian orang lain. Dengan demikian diharapkan setelah kita lebih memahami tentang kepribadian seseorang, maka kita pun akan dapat lebih peka terhadap lingkungan sekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA
Burger, Jerry M.  Personality, California: Wadsworth Publishing Company, 1986.
Feist.J &,Feist. G.J.,Theories of Personality, Singapore:McGraw-Hill International Edition, 2006.
Sarwono,S.W, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi, Jakarta: N.V Bulan Bintang, 1978.
SJ. Adolf, Heuken,.Tantangan Membina Kepribadian, Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1996.
Sujanto, Agus,. dkk, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Aksara Baru, 1982.
Suryabrata, Sumadi., Psikologi Kepribadian, Jakarta: CV. Rajawali, 1983.
Wortman,C.,Loftus,E.,Weaver,Ch., Psychology, Singapore: McGraw-Hill International Edition, 2004.
Website:
http://harismasterpsikology.ngeblogs.com/2009/10/21/teori-teori-dalam-psikologi-kepribadian/ diakses oleh Ivonne Maranatha pada tanggal 29 Januari 2010,pukul 14.00 WIB.



[1] http://harismasterpsikology.ngeblogs.com/2009/10/21/teori-teori-dalam-psikologi-kepribadian/ diakses oleh Ivonne Maranatha pada tanggal 29 Januari 2010,pukul 14.00 WIB.

[2] Adolf Heuken SJ, Tantangan Membina Kepribadian, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1996), 14.
[3] Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: C.V Rajawali, 1983), 3-5.
[4] J.Feist & G.J,Feist.,Theories of Personality, (Singapore:McGraw-Hill International Edition, 2006), 4.
[5] http://harismasterpsikology.ngeblogs.com/2009/10/21/teori-teori-dalam-psikologi-kepribadian/ diakses oleh Ivonne Maranatha pada tanggal 29 Januari 2010,pukul 14.00 WIB.

[6] Agus Sujanto, dkk, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Aksara Baru, 1982), 60.
[7] C.Wortman, Psychology, (Singapore: McGraw-Hill International Edition), 368.
[8] Agus Sujanto, dkk, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Aksara Baru, 1982), 61-62.
[9] Sarlito Wirawan Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi, ( Jakarta:N.V Bulan Bintang, 1978), 180-182.
[10] Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: CV. Rajawali, 1983), 172-178.
[11] C.Wortman, Psychology, (Singapore: McGraw-Hill International Edition, 2004), 371.
[12]             Sarlito Wirawan Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi, ( Jakarta:N.V Bulan Bintang, 1978), 185-190.
[13] Sarlito Wirawan Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi, ( Jakarta:N.V Bulan Bintang, 1978), 190-192.
[14] Jerry M. Burger, Personality, (California: Wadsworth Publishing Company, 1986), 326-339.
[15] C.Wortman, Psychology, (Singapore: McGraw-Hill International Edition, 2004), 377-379.
[16] Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: CV. Rajawali, 1983), 298-318.
[17] C.Wortman, Psychology, (Singapore: McGraw-Hill International Edition, 2004), 385-386.

2 komentar: