Selasa, 01 Mei 2012

Tafsir Narasi Cerita Tentang Yefta (Hak. 11)


Tafsir Narasi Cerita Tentang Yefta (Hak. 11)

Seperti narasi lain dalam Alkitab, semua peristiwa yang dicatat bukan hanya demi kepentingan historis belaka, tetapi juga kepentingan praktis atau teologis. Dalam Hak. 11 terdapat sebuah narasi tentang seorang pahlawan yang terlupakan yang bernama Yefta yang merupakan tokoh utama atau tokoh sentral dalam narasi tersebut. Yefta adalah tokoh bulat atau tokoh datar. Karakter yang dimiliki oleh Yefta dapat kita lihat adalah orang yang cukup keras, pemberani, kurang berpikir panjang, ceroboh, dan bertanggung jawab, dan pandai  berdiplomasi. Profile kehidupan Yefta dapat dikatakan sungguh pekat kelabu. Yefta bin Gilead adalah seorang anak lelaki dari Gilead orang Gilead. Ia dilahirkan di tanah negeri Gilead oleh seorang perempuan sundal. Yefta memang tak pernah minta untuk dilahirkan, demikian pula kedua orang tuanya, jelas tidak menginginkannya karena keduanya bukanlah pasangan suami istri yang sah. Keberadaan dan kehadirannya hanya sekedar konsekuensi logis dari hubungan badan dua anak manusia. Namun karena kehendak TUHAN, bayi yang bernama Yefta tersebut  pun hadir tanpa perlu meminta untuk diterima di tenda kehidupan ayahnya si Gilead. Dia dibawa menuruti keinginan sang ayah. Namun tidak lama kemudian istri Gilead yang sah juga melahirkan anak-anak bagi Gilead. Sebagaimana adanya, timbul masalah klasik statuta dan hak di dalam kehidupan keluarga tersebut. Pada waktunya, mencuatlah masalah warisan dan hak di antara sesama anggota keluarga yang tadinya hidup tenteram. Anak-anak Gilead dari istri Gilead yang sah mulai mengusik Yefta, si saudara tiri mereka. Aksi-aksi intimidasi yang berlangsung dibungkus dengan argumentasi logis dingin pun terkadang menyakitkan. Mereka juga melegalisasi egoisme yang berlebih lewat aksi main usir terhadap saudara tiri mereka tersebut. Mereka lupa bahwa asal mereka dari tunggul yang sama, yakni Gilead dan sama-sama tak pernah minta untuk dilahirkan. Untuk urusan usik-mengusik inipun, mereka didukung oleh legitimasi para tetua kota yang juga mengusir Yefta dari negeri mereka.
Ketika menginjak dewasa pemuda Yefta bin Gilead lari dari lingkungan kota Gilead. Kota di mana ia sempat dibesarkan bersama saudara-saudara tirinya. Ia pergi memisahkan diri, dan menyimpan dendam kesumat di tanah Tob di Syria. Di tempat ini Yefta mengelompok bersama para petualang. Mereka selalu bekerja atas nama naluri dan panggilan perut. Atau demi alasan-alasan lain yang disahkan oleh diri sendiri. Mereka mengisi keseharian dengan merampok, keras dan liar.
Namun suatu ketika, Yefta bin Gilead dipilih dengan sengaja oleh para tetua bangsanya sendiri dan menobatkannya sebagai Hakim Agung mereka. Dia dibebani tugas memimpin bangsanya. Pada waktu yang sama, Yeftapun diangkat sebagai Panglima Perang, Penguasa dan Pemimpin Tunggal dari suatu bangsa yang memang keras kepala, yakni orang Israel yang saat itu sedang terdesak melawan bani Amon. Bagi seluruh warga bangsa ini, tanah air dipahami sebagai anugerah dan pemberian TUHAN kepada mereka. Oleh karena itu, lawan-lawannya yang lama mendiami dan menduduki tanah itu dianggap melakukan perampasan yang harus ditolak dan dilawan. Kalau perlu dengan bantuan siapapun, termasuk Yefta yang telah mereka usir beberapa waktu silam. Mereka siap menjilat ludah mereka sendiri demi Akhirnya setelah terjadi tawar-menawar dengannya maka Yefta bersedia berperang namun dengan syarat jikalau menang maka ia akan menjadi pemimpin atas suku Gilead. Disitulah dimulainya titik balik kehidupan Yefta. Dari hal ini, kita mendapat pelajaran bahwa kita tidak mempunyai hak untuk mengatakan bahwa kita lebih baik daripada orang lain, karena mungkin sekali Tuhan akan membalikkan suatu situasi dengan begitu drastis, dimana orang-orang dan tetua Gilead yang dilingkupi dengan kenyamanan dan ketentraman akhirnya mengalami keterpurukan juga dan harus meminta pertolongan dari orang seperti Yefta yang telah mereka usir. Semua itu sangat mungkin terjadi sehingga kita tidak seharusnya memberi penilaian negatif kepada orang lain.
Diawal hidup Yefta memimpin bangsa Israel, Alkitab membuka dengan satu catatan yang begitu indah, dimana dikatakan bahwa Roh Tuhan menghinggapi Yefta sehingga kemenangan demi kemenangan ia alami. Di dalam PL, jikalau Roh Tuhan menghinggapi seseorang, berarti disana ada penyertaan dan berkat Tuhan sehingga apa saja yang ia perbuat pasti berhasil. Tetapi sangat mengherankan sekali bahwa dalam ayat 30 Alkitab mencatat nazar Yefta yang mengatakan, “Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu kedalam tanganku, maka apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, itu akan menjadi kepunyaan Tuhan, dan aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran”. Disini kita melihat bahwa sepertinya Yefta mulai kembali tawar-menawar dengan Tuhan, walaupun ia tahu bahwa Roh Tuhan ada padanya dan itu berarti ada suatu jaminan yang pasti. Ini satu hal yang ia bawa dari masa petualangannya bersama para penyamun di tanah Tob. Sebab merupakan kebiasaan bagi mereka sebelum berperang mempersembahkan korban manusia sebagai korban bakaran untuk mendapatkan kemenangan. Padahal kalau kita lihat selanjutnya dikatakan bahwa anaknya merupakan anak tunggal, dan itu berarti hanya istri dan anaknya yang tinggal di rumah. Sehingga sangat mengherankan jikalau ia terkoyak hatinya ketika anaknya menyongsong dia dengan menari-nari. Mungkin sekali itu berarti yang ia harapkan menyongsong adalah istrinya, karena ia begitu jengkel dan sedang mengalami konflik dengannya, sehingga dengan cara yang sangat rohani ia berusaha melenyapkannya. Ini satu hal yang sangat licik sekali yang mungkin muncul dalam pikiran Yefta. Bukankah seringkali ada banyak hal yang dapat kita pakai mengatasnamakan hal-hal rohani tetapi sebenarnya dibalik itu banyak hal yang tersembunyi, hanya kita sendiri yang tahu? Namun itu bukan berarti Tuhan tidak tahu, sebab tangan Tuhan sudah ada diatas Yefta dan Ia sudah memberikan kemenangan demi kemenangan yang hebat. Ia yang adalah utusan Allah yang sedang menunaikan tugas yang Allah berikan yakni menjaga dan memelihara umat Israel serta mengusir musuh-musuhnya agar tergenapi apa yang Allah janjikan bagi mereka yakni suatu tempat bagi mereka. Seharusnya merasa yakin & cukup dengan kenyataan bahwa Allah turut bersamanya. Kemenangan atas bani Amon dapat Allah berikan sekalipun Yefta tidak bernazar. Allah mengetahui yang terbaik bagi umatNya. Tuhan tidak pernah memberikan tugas kepada seseorang yang akhirnya membuat orang tersebut terkapar dan tidak mampu mengerjakannya karena Ia tahu dengan jelas berapa kapasitas setiap orang. Tuhan tahu kapasitas kita, termasuk kapasitas Yefta. Yefta tidak seharusnya mengeluarkan tawar-menawar yang kurang bijaksana yang menyebabkan harus dikorbankannya seorang anggota keluarganya.  
Paling sedikit terdapat dua penafsiran mengenai nazar Yefta, yaitu: 1). Yefta mengenapi janjinya dalam arti mengorbankan anak perempuannya dengan cara tidak diberikan kesempatan untuk menikah, dan seluruh orang Israel menangisi kegadisannya. 2). Yefta sungguh-sungguh mempersembahkan anaknya sebagai korban bakaran, sesuai dengan nazarnya.
Dari hal ini kita dapat belajar bahwa meskipun Yefta yang sejak kecil dibenci oleh orang Manasye dan juga merupakan seorang anak perempuan sundal, namun karena berkat Tuhan ada diatasnya maka ia pun berhasil. Seringkali konsep kita terhadap anak-anak semacam itu, dan bahkan anak dari keluarga yang broken home begitu negatif, padahal sebenarnya tidak ada orang yang berhak memberikan penilaian semacam itu, karena hanya Tuhanlah yang berhak melakukannya. Seburuk atau sepahit apapun latar belakang hidup kita, kita dimampukan oleh Tuhan dan Tuhan pakai kita menjadi alat kemuliaanNya. Kita jangan menghina keberadaan kita masing-masing karena kita adalah orang yang kepadanya Tuhan mengarahkan pandangan mata dan Tuhan peduli hingga hal-hal yang paling kecil sekalipun dalam hidup kita masing-masing. Itu adalah contoh ekstrim yang Alkitab katakan bahwa Yefta lahir dari perempuan sundal. Selain itu, kita juga harus percaya kepada Tuhan yang telah memberikan berkat kepada kita untuk melakukan sesuatu hal yang penting. Kita harus yakin bahwa Tuhan memberikan kita tugas berarti karena Tuhan anggap kita mampu dan Tuhan pasti akan selalu ada beserta kita untuk memampukan kita menjalaninya tanpa perlu melakukan nazar yang merugikan kita karena Tuhan juga tidak ingin kita terluka. Oleh karena itu, biarlah setiap kita berdoa supaya kiranya potensi yang Tuhan berikan kepada kita tidak membuat kita semakin jauh atau bertindak apa yang tidak Tuhan kehendaki, tetapi justru semakin dekat dengan Tuhan. Dengan demikian kita dapat menjadi orang yang dipakai oleh Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar