Selasa, 01 Mei 2012

Tafsir di Era Prakritis


Tafsir di Era Prakritis
·      Menafsir terkait dengan iman. Menafsir membutuhkan hikmat dari Allah/ tuntunan roh kudus yang dapat membuat kita mengerti ketika kita membaca Alkitab itu.
·      Tafsir Akademis dan Awam
-          Tafsir akademis: tafsir yang terikat dengan metode tafsir yang disepakati komunitas akademis.
è Tafsir akademis merupakan tafsir yang kritis (historis)=tidak memakai kritik bentuk.
Tafsir kritis digunakan untuk membelah sejarah Alkitab menjadi Prakritis dan Kritis. Tafsir kritis mengutamakan pemahaman terhadap teks kitab suci.
Tafsir Kritisà Santo Agustinus
Tafsir PrakritisàThomas Aquinas, Bapa-bapa Gereja.
-          Tafsir awam: tafsir yang tidak terikat dengan metode-metode penafsiran=tafsiran bebas.
·      Apokaliptik berbicara tentang realitas yang akan datang, tentang  bentuk, simbol dan tulisan bukan tentang isi, kita memahami masa depan dari masa sekarang dan mempelajari hal lainnya juga tentang masa lalu. Tujuan Apokaliptik adalah penafsiran teks yang berhubungan dengan konteks. Apokaliptik dekat dengan eskatologi (eskatologi= tafsiran tentang akhir zaman).
·      Pada zaman prakritis, bukan hanya firman dari Alkitab yang tidak boleh disangkal ataupun ditolak, melaikan juga perkataan dan segala yang dibicarakan oleh para imam dan pengkhotbah juga merupakan firman yang tidak dapat ditolak dan disangkal (Ul. 18:18-20). Namun ada juga nabi yang tidak diutus Allah mengklaim diri sendiri sebagai utusan Allah untuk memberitakan firman (nabi-nabi palsu à Yer.23:16-22; Yer.29:31-32).
·      Menurut Marcion, Allah PL bukanlah Allah yang sama dengan Allah PB. Menurutnya juga, PL bukanlah kitab suci.
·      Injil Marcion=10 surat Paulus.
·      Moralitas PL merupakan moralitas Barbar yang keras, misalnya seperti kutuk ataupun ungkapan yang menuntut (contoh: gigi ganti gigi, mata ganti mata). Hal ini menyebabkan seseorang menjadi lebih berhati-hati dalam bertindak dan sebagai bukti bahwa pelanggaran sangat menuntut pembalasan; sedangkan moralitas PB adalah moralitas yang mengampuni.
·      Melihat PB lewat PL: Yesus merupakan kurban penebusan dosa sekaligus menjadi korban ketidakbijaksanaan Pilatus.
-          Kurban (Sacrifice): kurban ucapan syukur, kurban bakaran, kurban sapi
-          Korban (Victim): korban pelecehan seksual, korban bencana alam, korban kecelakaan.
·         Salah satu contoh tafsir alegori oleh Santo Agustinus adalah tentang Yefta (Hak. 11).
Pelajaran yang dapat diambil adalah:
-          Tindakan keliru Yefta tidak patut untuk ditiru.
Dalam PL dikatakan bahwa orang Israel pada umumnya tidak wajib untuk melakukan nazar, namun jika seseorang telah melakukan nazar, maka ia harus memenuhi nazarnya itu.
Yefta, anak haram Gilead, terpaksa menjadikan anaknya sebagai kurban karena nazarnya. Oleh karena itu, ia dianggap melakukan nazar yang salah, namun harus dilaksanakan karena ia sudah bernazar.
-          Putrid Yefta yang mempertahankan keperawanannya melambangkan gereja yang dikurbankan secara kudus sebagai mempelai Kristus. Dengan kata lain, Agustinus menafsirkan putri Yefta sebagai lambing gereja yang kudus.
Tafsirannya memang bersifat alegori, namun dianggap sah karena membuat teks itu menjadi bermakna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar