Selasa, 01 Mei 2012

Penulisan Ilmiah


Kutipan

1.Tujuan membuat kutipan
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang, atau ucapan seseorang yagn terkenal, baik terdapat dalam buku-buku maupun majalah-majalah. Dalam menulis kutipan, penulis cukup mengutip pendapat yang dianggapnya benar dengan menyebutkan dimana pendapat itu dibaca, sehingga pembaca dapat mencocokkan kutipan itu dengan sumber aslinya.
Penulis tidak diperkenankan untuk terlalu banyak mempergunakan kutipan supaya karangannya tidak dianggap sebagai sebuah himpunan dari berbagai macam pendapat karena tulisan bukan hanya terdiri dari kutipan-kutipan tetapi juga berisi gagasan. Kutipan-kutipan hanya berfungsi sebagai bahan bukti untuk menunjang pendapat penulis karena garis besar kerangka dan kesimpulan-kesimpulan yang dibuat merupakan pendapat penulis sendiri.

2.Jenis Kutipan
Menurut jenisnya kutiapan dibagi atas 2 bagian, yaitu :
a. Kutipan langsung
 Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dari seorang pengarang atau tokoh terkenal dengan mengambil secara lengkap kata demi kata ataupun kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli.


b.      Kutipan tak langsung ( kutipan isi )
Kutipan tak langsung ( kutipan isi ) adalah pinjaman pendapat dari seorang pengarang atau tokoh terkenal yang berupa inti sari atau ikhtisar dari pendapat tersebut.
Dalam mengambil kutipan, hendaknya kutipan jangan terlalu panjang karena dapat membuat pembaca lupa bahwa tulisan tersebut merupakan sebuah kutipan. Bila penulis menganggap perlu mengambil kutipan yang panjang, maka lebih baik memasukkannya dalam bagian Apendiks atau Lampiran.

3. Prinsip-prinsip mengutip
Beberapa prisip yang harus diperhatikan pada waktu membuat kutipan adalah:
a. Jangan mengadakan perubahan
Pada waktu melakukan kutipan langsung, pengarang tidak boleh mengubah kata-kata atau teknik dari teks aslinya. Bila pengarang merasa perlu untuk mengadakan perubahan tekniknya, maka ia harus menyatakan  atau memberi keterangan yang jelas bahwa telah diadakan perubahan tertentu. Misalnya pertimbangan terhadap penulisan huruf miring ( kursif ), digaris-bawahi, huruf tebal, atau huruf direnggangkan. Pertimbangan untuk merubah teknik bisa bermacam-macam, dapat untuk memberi aksentuasi, contoh, pertentangan, dan sebagainya.
b. Bila ada kesalahan
Bila dalam kutipan terdapat kesalahan atau keganjilan, baik dalam persoalan ejaan maupun dalam soal-soal ketatabahasaan ataupun penulis tidak setuju dengan suatu bagian dengan kutipan itu, penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Namun demikian penulis diperkenankan mengadakan perbaikan atau catatan terhadap kesalahan tersebut.



c. Menghilangkan bagian kutipan
Dalam kutipan-kutipan diperkenankan menghilangkan bagian-bagian tertentu dengan syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak boleh mengakibatkan perubahan makna aslinya atau makna keseluruhannya. Penghilangan itu biasanya dinyatakan dengan mempergunakan tiga titik berspasi {. . .}bukan garis penghubung ( - ).

4. Cara-cara mengutip
a. Kutipan lansung yang panjangnya tidak lebih dari empat baris, caranya adalah:
- kutipan  diintegrasikan lansung dengan teks
- jarak antara baris dengan baris dua spasi
- kutipan itu diapit dengan tanda kutip
- sesudah kutipan selesai kutipan diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
 Ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu pada tiap bab akan dimulai dengan nomor urut 1, pada penunjuk pertama nama pengarang harus disebut secara lengkap, sedangkan penunjuk yang selanjutnya dalam bab tersebut cukup dengan menyebut nama singkat pengarang, ditambah penggunaan singkatan ibid., op. cit., atau loc. Cit. Sebaliknya bila nomor urut penunjuk berlaku untuk seluruh karangan, maka hanya untuk penyebutan pertama, nama pengarang ditulis secara lengkap, lalu penyebutan selanjutnya mempergunakan singkatan.

b. Kutipan langsung yang lebih dari empat baris, caranya adalah:
- kutipan dipisahkan dari teks dalam jarak 2,5 spasi
- jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi
- kutipan boleh diapit atau boleh tidak diapit dengan tanda kutip
- sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu
-  seluruh kutipan itu dimasukkan ke dalam  5-7 ketikan,  bila kutipan itu dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama dari kutipan itu dimasukkan lagi dalam 5-7 ketikan.
   Kadang terjadi bahwa dalam kutipan itu terdapat lagi kutipan. Dalam hal ini dapat ditempuh dua cara, yaitu:
1.      Mempergunakan tanda kutip ganda {“. . .”} bagi kutipan asli dan tanda kutip tunggal{‘. . .’} bagi kutipan dalam kutipan itu, atau sebaliknya;
2.      Bagi kutipan asli tidak dipergunakan tanda kutip, sedangkan kutipan dalam kutipan itu mempergunakan tanda kutip ganda.
c.       Kutipan tak lansung, caranya adalah:
- kutipan diintegrasikan dengan teks
- jarak antar baris dua spasi; kutipan tidak diapit dengan tanda kutip
- sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas, atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
d. Kutipan pada Catatan kaki
Kutipan pada catatan kaki selalu ditempatkan dalam spasi rapat walaupun kutipan itu singkat saja. Demikian juga kutipan itu selalu dimasukkan dalam tanda kutip dan dikutip tepat seperti teks aslinya.
e. Kutipan atas ucapan lisan
Kutipan atas ucapan lisan biasanya ditemukan dalam ceramah-ceramah, kuliah-kuliah, atau wawancara-wawancara. Sebenarnya kutipan atas sumber semacam ini sulit dipercaya, kecuali mungkin ucapan yang disampaikan oleh seorang tokoh yang penting dalam suatu kesempatan yang luar biasa serta dapat diuji oleh masyarakat luas. Sumber ucapan-ucapan lisan itu dapat dimasukkan langsung dalam teks atau dapat pula dimasukkan dalam catatan kaki seandainya akan mengganggu jalannya teks itu sendiri.
f. Variasi membuat kutipan
Variasi dalam  membuat kutipan akan mengakibatkan pola-pola kutipan itu lebih efektif, misalnya variasi antara kutipan langsung dan kutipan tak langsung, variasi antara kutipan yang dimasukkan dalam teks atau kutipan yang dimasukkan dalam catatan kaki.

5. Tanggung-jawab penulis
Sebuah kutipan hendaknya dibuat dengan penuh tanggungjawab. Kutipan dapat dibuat sekurang-kurangnya untuk dua tujuan yang berlainan, yakni:
1. Kutipan yang dibuat untuk mengadakan sorotan, analisa, atau kritik yang tidak banyak menuntut tanggungjawab dari penulis
2. Kutipan yang dibuat untuk memperkuat sebuah uraian akan menuntut tanggungjawab yang lebih besar.

Catatan kaki
Catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan.
1. Tujuan
Pada dasarnya sebuah catatan kaki dibuat untuk maksud-maksud berikut:
a.       Untuk menyusun pembuktian dapat dibeberkan dalam teks dan dapat pula dalam catatan kaki atau kedua-duanya.
b.      Menyatakan utang budi dengan menyebut nama pengarang yang dikutip pendapatnya, sekurang-kurangnya  penulis telah menyatakan utang budinya kepada pengarang aslinya.
c.       Menyampaikan keterangan tambahan untuk memperkuat teks karangan dan dapat berbentuk:
- Menyampaikan inti atau sari sebuah fragmen yang dipinjam
- Menyampaikan uraian teknis, keterangan incidental, atau materi yang memperjelas teks, atau informasi tambahan terhadap topic yang disebut dalam teks
- Menyampaikan materi-materi penjelas yang kurang penting,  seperti perbaikan, atau pandangan-pandangan lain yang bertentangan.
d.      Merujuk bagian lain dari teks, catatan kaki dapat dipergunakan juga untuk menyediakan referensi kepada bagian-bagian lain dari tulisan yang dibuat.

2. Prinsip membuat catatan kaki
a. Hubungan catatan kaki dan teks, hubungan antara keterangan pada catatan kaki dengan teks dinyatakan dengan mempergunakan nomor urut penunjukan, baik yang    terdapat dalam teks maupun pada catatan kaki.
b. Nomor urut penunjukan, bila memperguinakan nomor urut, maka sebaiknya  nomor urut itu berlaku untuk tiap bab, atau untuk seluruh karangan.
c. Teknik pembuatan catatan kaki, yaitu:
§  Harus disediakan ruang atau tempat secukupnya pada kaki halaman, sehingga margin bawah tidak boleh sempit dari 3 cm sesudah diketik baris terakhir dari catatan kaki
§  Sesudah baris terakhir dari teks, dalam jarak 3 spasi harus dibuat sebuah garis, mulai dari margin kiri sepanjang 15 ketikan dengan huruf pika, atau 18 ketikan dengan huruf elite[_________]
§  Dalam jarak 2 spasi dari garis tadi, dalam jarak 5-7 ketikan dari kiri diketik nomor penunjukan
§  Lansung sesudah nomor penunjukan, setengah spasi ke bawah mulai  diketik baris pertama dari catatan kaki
§  Jarak antar baris dalam catatan kaki adalah spasi rapat, sedangkan jarak antar catatan kaki pada halaman yang sama ( kalau ada ) adalah dua spasi
§  Baris kedua dari tiap catatan kaki selalu dimulai dari margin kiri.

3. Jenis catatan kaki
 Catatan kaki terdiri atas dua bagian yaitu penunjukan yang ditempatkan ke atas setengah spasi, isi dari catatan kaki itu sendiri. Jenis catatan kaki ada 3 macam, yaitu: penunjukan sumber (referensi), catatan  penjelas dan gabungan sumber dan penjelas.
a.       Penunjukan sumber (referensi)
Referensi harus dibuat oleh penulis bila:
  1. Mempergunakan sebuah kutipan langsung
  2. Mempergunakan sebuah kutiapn tak langsung
  3. Menjelaskan dengan kata-kata sendiri apa yang telah dibaca
  4. Meminjam sebuah table, peta atau dari suatu sumber
  5. Menyusun sebuah diagram berdasarkan data-data yang diperoleh dari suatu sumber, atau beberapa sumber tertentu
  6. Menyajikan sebuah evidensi khusus, yang tidak dianggap sebagai pengetahuan umum
  7. Menunjuk kembali kepada bagian lain dari karangan itu.
b.      Catatan Penjelas
Fungsi catatan penjelas hanya akan memberi penjelasan tambahan. Dalam catatan kaki harus dibuat catatan penjelas tetapi tidak dimasukkan dalam teks karena akan mengganggu jalannya uraian dalam teks itu.

Sebelum mengikuti cara pembuatan catatan kaki bagi setiap jenis kepustakaan, hendaknya diketahui terlebih dahulu ikhtisar-ikhtisar unsur-unsur referensi, yaitu: nama pengarang, judul, data publikasi, jilid dan nomor halaman.

4. Unsur-unsur referensi
 Ada perbedaan antara referansi catatan kaki dengan materi bibliografi, perbedaannya terletak dipenekanan. Disamping unsur-unsur catatan kaki, perlu diperhatikan konvensi-konvensi yang berlaku bagi catatan-catatan kaki.
a. Pengarang
1. Nama pengarang dicantumkan sesuai dengan urutan biasa yaitu: gelar(jika ada),  nama kecil, dan nama keluarga. Mis: Prof.Dr.Muhammad Thalib.
2. Bila terdapat lebih dari 1 pengarang maka cukup dicantumkan nama pengarang  yang pertama, selainnya diganti dengan singkatan et al.
3. Penunjuk kepada sebuah kumpulan no 1 dan 2 ditambah singkatan ed
4. Jika tidak ada nama pengarang maka catatan kaki dimulai dengan judul buku.


b. Judul
1. Judul buku, majalah, harian, ensiklopedia digarisbawahi atau dicetak dengan huruf miring sedangkan judul artikel ditempatkan dalam tanda kutip.
2. Bila ada dua karya atau lebih dari seorang pengarang yang digunakan, maka satu bentuk yang singkat dari judul biasanya dipergunakan untuk menghilangkan keraguan.
3. Sesudah penunjukan pertama kepada sebuah artikel dalam majalah atau harian,
maka untuk selanjutnya cukup dipergunakan judul majalah atau harian.
c. Data Publikasi
1. Tempat dan tahun penerbitan sebuah buku dapat dicantumkan pada referensi pertama tapi pada referensi yang selanjutnya ditiadakan. Misalnya: (Jakarta,1973), jika nama penerbit dicantumkan. Misalnya : (Jakarta: Djambatan, 1967).
2. Data publikasi sebuah majalah, semua penanggalan ditempatkan dalam tanda kurung. Misalnya: (April, 1970).
3. Dalam sebuah publikasi bagi artikel penanggalan tidak ditempatkan dalam tanda  kurung.
d. Jilid dan nomor halaman
1. Untuk buku yang terdiri atas 1 jilid maka singkatan halaman dipakai untuk menunjuk nomor halaman. Misalnya: hal 78.
2. Jika sebuah buku terdiri dari beberapa jilid, maka harus dicantumkan nomor jilid dan nomor halaman. Misalnya: MISI, 1: 47-58 (April, 1963).

5. Cara membuat catatan kaki
a. Referensi kepada buku dengan seorang pengarang, contohnya: F. Graebner, Etnologie in die Kultur der Gegenwart (Leipzig, 1923), hal. 544.
b. Referensi kepada buku dengan dua atau tiga pengarang, contohnya: L. Gottschalk, C. Kluckhohn, R. Angell, The Use of Personal documents in History, Anthropology and Sociology  (New York : Social Science Research Council, 19445), hal. 82-173.
c. Referensi kepada buku dengan banyak pengarang, contohnya: Alton C. Morris, at all., College English, the firstyear (New York, 1964), hal. 51-56.
d. Kalau edisi berikutnya mengalami perubahan, contohnya: H. A. Gleason, An Introduction to Descriptive Linguistics (rev. ed.; New York, 1961), hal.56.
e. Buku yang terdiri dari dua jilid atau lebih, contohnya: A. H. Lighstone, Conceps of Calculus (Vol. 1; New York: Harper & Row, 1966), hal.75.
f. Sebuah edisi dari karya seorang pengarang atau lebih, contohnya: Lukman Ali, ed., Bahasa dan Kesusastraan Indonesia, sebagai Tjermin Manusia Indonesia Baru (Djarkata, 1967), hal. 84-85.
g. Sebuah Terjemahan, contohnya: Multatuli, Max Havelaar, atau Lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda, terj. H.B. Jassin (Djakarta, 1972), hal. 50.
h. Artikel dalam sebuah Antologi, contohnya: David Riesman, “Character and Society,” Toward Liberal Education, eds. Louis G. Locke, William M. Gibson, and George Arms (New York, 1962), hal. 572-573.
i. Artikel dalam Ensiklopedi, contohnya: Robert Ralph Bolgar, “Rhetoric,” Encyclopaedia Britannica (1970), X1X, 257-260.
j. Referensi pada artikel Majalah, contohnya: Ny. H. Soebadio, “ Penggunaan Sansekerta dalam Pembentukan Istilah Baru,” Madjalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, I (April,1963), hal. 47-58.
k. Referensi pada artikel Harian, contohnya: Tajuk Rencana dalam Kompas, 19 January, 1973, hal. 4.
l. Tesis dan Disertasi yang belum diterbitkan, contohnya: Jos Dan. Parera, “Fonologi Bahasa Gorontalo” (Skripsi Sarjana, Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jakarta, 1964), hal. 30.
m. Referensi kepada dua sumber atau lebih, contohnya: M.J.Herskovits, Man and His Works: The Scienceof Cultural Anhtropology (New York: Alfred A. Knopf, 1948), hal. 501; A.A Goldenweiser, The Prinsiples of Limited Possibilitiesin the Development of Cultural (London: Kegan Paul, Trench, Trubner & Co., 1933), hal. 35-55.
n. Referensi dari sumber kedua, contohnya: M. Ramlan, “Partikel-partikel Bahasa Indonesia,” Seminar Bahasa Indonesia 1968 (Ende: Nusa Indah, 1971), hal. 122, mengutip Charles F. Hockett, A Course in Modern Linguistics ( New York: The MacMillan Company, 1959 ), hal. 222.
o. Catatan Penjelas yang biasanya disebut Child training studies sebenarnya berdasarkan jalan pikiran pokok dalam ilmu psychoanalise yaitu jalan pikiran bahwa tabiat seorang individu yang dewasa ini dibangun oleh bahan-bahan pengalaman yang diterima oleh si individu dari sejak waktu ia masih kanak-kanak.
p. Referensi dan Catatan penjelas, contohnya: J. Mallincrodt, Het Adatrechtvan Boeneo (Leiden: M. Dubbledeman, 1928), I, 50. Mallinckrodt memberi pengertian yang berbeda terhadap istilah magie, daripada misalnya J.G. Frazer atau sebagian besar daripada sarjana ilmu anthropologi-budaya akan mengartikannya. Menurut  Mallinckrodt, kekuatan magie itu adalah kekuatan sakti, sedangkan menurut Frazer, magie adalah ilmu gaib.

6. Singkatan-singkatan
Singkatan yang paling penting diketahui antara lain:
·         Ibid., adalah singkatan yang menunjuk pada karya atau artikel yang elah disebut dalam catatan nomor sebelumnya. Contoh: 2.Ibid. hal.30.
·         op.cit., adalah singkatan yang digunakan bila catatan menunjuk kembali kepada sumber yang telah disebut terlebih dahulu, tetapi diselingi sumber lain. Contoh: Sturtevant, Op. Cit. hal.50.
·         Loc. Cit. adalah singkatan yang dipakai untuk menyebut kepada sebuah, artikel majalah, harian yang telah disebut sebelumnya.
Contoh : Pittman, loc. cit., hal. 376.

Bibliografi
Pengertian dan fungsi
Bibliografi atau daftar kepustakaan adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sebagian dari karangan yang telah digarap. Bibliografi berfungsi memberikan deskripsi yang penting tentang buku, majalah atau harian secara keseluruhan, selain itu bibliografi juga dapat berfungsi sebagai pelengkap dari catatan kaki.

Unsur-unsur Bilbiografi
- Nama pengarang, yang dikutip secara lengkap
- Judul buku, termasuk judul tambahan
- Data Publikasi: penerbit, tempat terbit,tahun terbit, cetakan keberapa, nomor jilid, tebal atau jumlah halaman
- Untuk sebuah artikel diperlukan juga judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, jilid, nomor dan tahun.

Bentuk Bibliografi
Ada 3 hal yang penting yang selalu harus dicantumkan yaitu: pengarang, judul, dan data-data publikasi. Salah satu contoh bentuk bibliografi: Hockett, Charles F. A Course in Modern Linguistics. New York: The MacMillan Company, 1963.

Macam-macam Bibliografi
a.  Buku-buku dasar: Buku yang dipergunakan sebagai bahan orientasi umum mengenai pokok yang digarap.
b. Buku-buku khusus: buku yang dipakai oleh penulis untuk mencari bahan-bahan yang langsung bertalian dengan pokok persoalan yang digarap.
c. Buku-buku pelengkap: buku-buku yang topiknya lain dari pokok yang digarap.

Penyusunan bibliografi
a.  Nama pengarang diurutkan menurut alphabet, nama yang dipakai dalam urutan adalah nama keluarga.
b. Bila tidak ada pengarang, maka judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan alfabet.
c. Jika untuk seorang pengarang  terdapat lebih dari 1 bahan referensi, maka untuk referensi kedua dan seterusnya, nama pengarang tidak perlu diikut sertakan, tetapi diganti dengan garis sepanjang 5 atau 7 ketikan.
d. Jarak antara spasi baris dengan baris untuk satu referensi adalah satu spasi. Tetapi jarak antara pokok dengan pokok yang lain adalah dua spasi.
e. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok harus dimasukkan kedalam sebanyak 3 atau 4 ketikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar